Bimbang
Mengawali cerita kali ini dengan sebuah kata Bimbang, bahasa gaul saat ini sih mungkin bisa disebut GALAU. hehe
Entah berapa lama pikiran ini berkecamuk dalam otakku. meminta penjelasan atas banyaknya hal yang harus kufahami setelah aku beranjak dewasa. setidaknya menurutku, kini aku sudah mulai memasuki usia dewasa. usia dimana aku tidak hanya bertambah tua secara angka, tapi bertambah tua secara pikiran dan perilaku.
Hei, I am going to 20th years this years. as soon as august come and get me to the beauty of 20 age.
Aku sedang menikmati masa - masa terakhir di usia belasan, usia belia, usia labil, usia mencoba - coba, dan usia tak karuan.
Pencarian jati diri, aku masih melakukan hal itu. sampai saat aku menulis dan mungkin saat aku membaca nanti (semoga saja saat aku membaca di usia ku yang sudah lebih dari angka 20 aku sudah menghentikan proses pencarian jati diriku),
Bimbang, dalam hal ini aku hanya ingin bertanya. "Adakah keegoisan dan idealisme diri dapat dikalahkan oleh tuntutan? Atau justru idealisme ku yang akan mengalahkan tuntutanku?". Yang kumaksud disini adalah idealisme hidup yang sudah ku rancang sedemikian rupa agar aku dapat berhasil. aku masih terlalu egois dan berfikir bahwa aku harus bisa menciptakan diriku yang dapat mencapai tingkatan tinggi dalam hidup yang memang ingin ku dapatkan.
Ngerti nggak? Salah satu idealisme yang kini tengah melanda ku adalah aku ingin dapat melanjutkan kuliah apoteker dan S2 ku sebelum aku menikah. wajar kah? aku berfikir, jika aku bisa mencapai targetku itu maka ketika aku menikah nanti aku takkan perlu pusing dengan mengejar gelar S2 ku. bukankah setiap orang selalu punya target dalam hidupnya? target yang ingin dicapai semaksimal mungkin, seperti mengoptimalkan potensi diri.
tapi di sisi lain aku tahu, kedua orang tua ku terutama Bunda menginginkan aku untuk menikah sebelum usiaku 23 tahun. jika aku kalkulasikan usia ku, saat aku mendapatkan gelas S2 usiaku 23 tahun, mungkin lebih dari 25 tahun. sedangkan kedua orangtua ku ingin ada seseorang yang dapat menjaga dan menemaniku. merasa tenang ketika ada orang yang memang akan menjadi seseorang yang penting dalam hidupku.
aku bukan tipe seorang wanita yang dapat membiarkan suamiku turun tangan secara penuh dalam urusan rumah tangga yang sifatnya merupakan pekerjaan wanita. makanya, aku menolak secara halus untuk berhubungan serius dengan seorang pria agar aku tak terkejar target untuk menikah. (aku egois dan kekanak - kanakan ya? hmm)
aku tak yakin jika aku menikah saat kuliah aku bisa melayani suamiku dengan baik, be a great wife. meskipun itu tak menjamin ketika sudah menikah i could be like that. tapi setidaknya saat tak perlu banyak yang harus kulakukan aku bisa lebih menjadi istri yang baik bagi suamiku kelask.. amiin
sekian dulu, berhubung sudah malam dan saya baru selesai jadi panitia seminar nasional, so I go. I'll leave. annyeong