Pemimpin


Well, sebenernya ini draft yang udah lama tapi baru ter tulis dan ter posting sekarang. Enjoy this 

Pemimpin?


Kalau bicara Pemimpin nggak akan jauh dari definisi “ketua”, “menguasai”, “memerintah”, “pembuat aturan atau kebijakan”, dan masih banyak lagi, yang bahkan kadang dapat terdengar sangat negative atau sangat positif ketika membicarakan PEMIMPIN.
Ya, pemimpin adalah seseorang yang menjadi ketua atau yang mengatur jalannya suatu acara atau hal yang akan menjadi penanggung jawab juga. Nah, terbesit dalam benakku tentang pemimpin. Aku selalu berfikir bahwa pemimpin identik dengan seseorang yang mengetuai atau membawa sebuah organisasi, peperangan, atau perusahan. Sesuatu yang identik dengan hal yang besar a.k.a BIG THING. Dan aku salah kalau berpandangan seperti itu. Loh kok bisa salah ya

Hadist menyebutkan :
Ibn umar r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban  perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya. (buchary, muslim)
Karena ternyata, setiap orang adalah pemimpin. Garis bawahi dan ditebalkan SETIAP ORANG bukan SATU ORANG saja loh. Artinya, setiap diri kita ini adalah pemimpin. Tapi, siapa sih yang kita pimpin? Ko diri sendiri yang bukan apa – apa dimintain pertanggung jawaban? karena kita (baca : MY SELF) adalah pemimpin bagi diri kita sendiri (baca : is a LEADER FOR MY OWN SELF). Karena ALLAH SWT telah memberi kita suatu struktur lengkap yang ada di muka bumi dan tak ada yang bisa menandingi, karena struktur yang kompleks dan lengkap inilah kita sebagai manusia harus bisa mengarahkan kemana struktur ini (baca : jiwa dan raga) akan dibawa.
Pada dasarnya, setiap manusia akan di mintai tanggungjawabnya secara adil dan detail di alam lain setelah hembusan nafas kita yang terakhir dan kita meninggalkan dunia (baca : mati). Di alam itulah kita akan mendapat sidang pertanggung jawaban tentang apa – apa saja yang sudah kita lakukan di dunia ini. makanya kenapa, hadist nabi itu aku artikan seperti yang sudah dijabarkan di atas. Tapi, dari perspektif lain aku melihat arti nyata tentang hadist tersebut “SETIAP ORANG ADALAH PEMIMPIN”. Kenapa ya di bilang gitu?
Coba deh fikirin, waktu ovum dan sperma bertemu di rahim. Ada loh yang memimpin, struktur kompleks di dalam tubuh kita secara kimiawi dan biologis memimpin ovarium untuk mengeluarkan sel telur (ovum) yang akan berdiam di daerah sekitar rahim, sperma yang berhasil menjadi pemimpin atau pemenang dalam ribuan pasukan sperma akan menghampiri ovum dan terjadilah fertilisasi. Gila nggak? Bahkan dari hal kecil itu aja kita udah dipimpin oleh SEL yang sangat kompleks (yang kalau dijelasin, juwet, pusing, panjang banget ini pasti. Skip ya!)
Sekarang setelah kita lahir kita dipimpin sama orang tua kita. Iya kan? Mereka yang secara nggak langsung membentuk kepribadian kita, mereka yang mengarahkan kita, yang mengajari, membimbing, dan memberikan perhatian serta perlindungan. Semua itu yang dilakukan pemimpin kepada orang yang dipimpinnya. Ya, figure pemimpin yang mungkin sering kita lupakan adalah ORANG TUA kita sendiri.
Selanjutnya, beranjak dewasa kita mulai mengikuti organisasi yang menuntut kita untuk mau dipimpin dan suatu saat akan menjadi seorang pemimpin, betul? Mau nggak mau, itu menjadi suatu keharusan. Disitu ada banyak sekali proses pembelajaran diri. Karena ketika kita berada di suatu lingkungan besar (selain rumah) akan kita temukan banyak sekali hal – hal juga orang – orang baru dengan masing – masing khas yang akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih dewasa asalkan kita dapat menjadikan setiap kritik dan saran yang datang menjadi sebuah tambalan atas segala hal yang kurang dari diri kita bukan malah membuat kritik dan saran itu menjadi sesuatu yang merusak siaturahmi.
Waktu masa puber, pasti pernah pacaran! (kecuali yang menghindari pacaran karena dalam Islam pacaran memang nggak ada, yang ada ta’aruf sebelum menikah, hehe). bahkan sampai kita membentuk suatu keluarga alias menikah atau marriage. Nah, pas pacaran atau dalam rumah tangga sebenernya kita juga jadi pemimpin loh, kita meninggalkan fasa “dipimpin” oleh orang tua kita.

Dalam hal ini aku lebih menekankan pada bahwa “seorang pemimpin adalah seorang laki – laki” baik itu dalam hubungan pra atau pasca menikah. Ini perspektif yang sebenernya sering membuat aku dan beberapa teman “berdebat”. Karena menurutku dalam hubungan seperti apa pun itu seorang pria haruslah menjadi seorang pemimpin. Kenapa aku mempunyai pemikiran atau sudut pandang seperti itu? Karena dirumah, aku melihat kepemimpinan ayahku yang sangat kental. Ayah adalah seorang yang membuat keputusan, bahkan ibuku nggak pernah bilang “iya” sebelum cerita dan ayah setuju.
Jadi, kalau sekarang aku dan adikku tipe orang yang ketika pacaran tergolong cuek dan nggak ngatur, karena dirumah ibuku nggak pernah ngatur ayah, yang ada ibu selalu motivasi ayah, temen curhat ayah, segala hal kecil bunda selalu tahu, (kalau ayah kurang peka, hehe), ibu selalu membuat ayah tampak tampan, tegas, dan gagah di depan semua orang (selain dari fakta bahwa ayah adalah pemimpin tunggal di rumah), meskipun untuk anak – anak dan keluarga, sosok ayahku adalah seorang yang sangat humble, sangat senang bercanda, sangat penyayang, dan teman diskusi yang baik. Aku sering melihat banyak ayah – ayah yang dari banyak cerita, yang tertekan karena istrinya, entah karena sang istri terlalu ikut campur dalam segala hal dan segala sisi di rumah tangga atau banyaklah hal yang itu menjadi rahasia rumah tangga.
Tapi, banyak perspektif lain (yang karena orang lain lebih banyak pengalamannya dari pada aku) mengatakan bahwa “seorang wanita lah yang harus mengatur pria”. Menurutku bukan mengatur, tapi memanage hubungan.  Artinya, seorang wanita yang mengelola hubungan tersebut. Seperti seorang sekretaris dan bendahara yang menjadi tangan dan kaki ketua yang tanpa mereka ketua takkan bisa berdiri sendiri. Nggak ada sejarahnya seorang ketua bisa berhasil kerja sendirian. Ada pepatah yang bilang “dibalik seorang pria yang sukses ada seorang wanita hebat yang mendampinginya” artinya bukan menjadi pengatur dalam suatu hubungan, menjadi pendamping berbeda dengan memimpin. Wanita ini yang mengelola hubungan tersebut agar sang pria menjadi seorang yang sukses.
Tapi, dalam banyak hal kita juga nggak bisa memungkiri bahwa seorang wanita bisa menjadi pemimpin, seperti seorang anak ayam yang mengikuti induknya, secara nggak langusng wanita adalah pemimpin anak - anaknya, karena biasanya tugas seorang wanita dalam rumah tangga selain memanage adalah memimpin buah hati mereka agar kelak menjadi calon penerus yang shaleh/shalehah dan bermanfaat juga cerdas.

Sebenarnya lebih kepada bagaimana pribadi dari si pemimpin, apakah pemimpin tersebut dapat membawa yang dipimpinnya menjadi lebih baik. Karena percuma aja kalau seorang pemimpin nggak punya sifat dan pribadi yang baik. Yang dipimpin pun mungkin nggak akan mau ya kalau pemimpin nggak bisa memimpin. Makanya, ayo kita sama sama belajar jadi pemimpin. Dimulai dari diri sendiri, dari hal kecil dan dari sekarang! Semangat memperbaharui diri.
Oke, segitu aja yang mau aku sharing dan kemukakan. Segala kekurangan ada pada diri saya (beserta sudut pandang saya). Segala kelebihan dan kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT semata.
Terimakasih

Postingan populer dari blog ini

Dewasa itu?

Bimbang

no title ! =D